Rabu, 27 Oktober 2010

Makalah OSNPTI 2010 (Biodiesel dari minyak jelantah)

ditulis oleh: Ikhsan W Nuhgraha

BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Indonesia dikenal dunia memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, terutama minyak bumi dan gas alam. Hal ini yang menjadikan Indonesia memanfaatkan sumber daya alam tersebut dalam jumlah yang besar untuk kesejahteraan masyarakatnya. Indonesia termasuk negara penyumbang minyak terbesar di dunia oleh karena itu hal ini dikhawatirkan berdampak kepada sumber daya alam tersebut, dimana kita ketahui SDA minyak bumi dan gas alam adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan lama-kelamaan akan habis di gali. Kemungkinan Indonesia kehilangan SDA tersebut sangat besar, sehingga menyebabkan kelangkaan bahan bakar yang sekarang ini saja sudah terasa dampaknya, dengan kelangkaan minyak tanah, dan harga minyak dunia yang semakin tinggi.
Permasalahan di atas menjadikan kita harus berpikir bagaimana caranya untuk mengganti SDA tersebut dengan sumber daya energi yang murah dan tepat guna? Sebagai jawaban dari permasalahan tersebut adalah bioenergi. Bioenergi sendiri merupakan sumber daya alternatif yang dapat digunakan berulang-ulang, untuk mengganti sumber daya fosil yang banyak digunakan di Indonesia saat ini.
Oleh karena itu pemerintah Indonesia mencari solusi bagaimana mensosialisasikan usaha bioenergi yang dapat dimanfaatkan masyarakat luas kepada para wirausahaan, dan dapat membuka lapangan pekerjaan, bagi kesejahteraan hidup?, dan dapat menemukan bioenergi alternatif
Bioenergi ini sangat cocok diterapkan kepada masyarakat pedesaan yang umumnya masih menggunakan BBM fosil sebagai bahan bakar “pengepul dapur” mereka, dengan dilakukannya pengadaan bioenergi di pedasaan diharapkan dapat mengurangi penggunaan BBM fosil yang sekarang mulai langka, dan harganya yang terus melonjak.


1.2 Tujuan
 Menemukan bentuk bioenergi yang tepat, sebagai pengganti bahan bakar minyak, dan ramah lingkungan.
 Menemukan bioenergi yang dapat dikelola oleh masyarakat tingkat dasar (ground level), khususnya pedesaan.
1.3 Rumusan Masalah
 Memecahakan masalah pemerintah dalam mencari energi alternatif pengganti bahan bakar fosil yang ramah lingkungan, yang dapat dikelola kalangan masyarakat tingkat dasar (ground level), agar dapat terlepas dari ketergantungan bahan bakar fosil yang lama-kelamaan akan habis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


Pemanasan global (global warming) telah menjadi masalah yang sangat mengancam bagi kehidupan manusia di muka bumi yang salah satunya disebabkan emisi gas efek rumah kaca akibat pemakaian bahan bakar fosil seperti minyak bumi, batu bara dan gas alam yang juga merupakan sumber daya yang terbatas. Oleh karena itu, telah menyebabkan tuntutan ke pencarian sumber energi yang lebih ramah lingkungan dan bersifat dapat diperbaharui (renewable energy).
Menurut Departemen energi dan sumber daya mineral menyebutkan bahwa cadangan minyak bumi Indonesia hanya cukup untuk 18 tahun ke depan, sementara cadangan gas bumi masih mencukupi untuk 61 tahun ke depan, sedangkan cadangan batubara habis dalam jangka waktu 147 tahun lagi. Beranjak dari asumsi di atas banyak kalangan yang memastikan bahwa Indonesia akan mengalami krisis energi apabila tidak ditemukannya sumber energi alternatif.
Apabila kita lihat, kebutuhan BBM dari tahun ke tahun semakin meningkat, sementara cadangan minyak kita semakin menipis. Menurut Hikman Manaf (Staf ahli Mentri ESDM) cadangan minyak bumi Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 9 miliar barel dengan tingkat produksi mencapai 500 juta barel per tahun. Jika tidak ditemukan cadangan baru, maka minyak bumi akan habis 18 tahun lagi (Atmojo, 2005).
Krisis energi ini akan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup rakyat Indonesia, yang kita ketahui bahwa warga Indonesia bergantung hidup dengan menggunakan sumber daya alam tersebut, terutama di daerah pedesaan, selain harga minyak tanah yang terus meningkat, yang membuat para warga desa yang membutuhkannya akan mengalami kesulitan untuk mendapatkan minyak, karena kemampuan daya beli mereka yang termasuk dalam ekonomi kelas bawah.
Untuk mengatasi masalah BBM dengan semakin menipisnya cadangan minyak nasional tersebut, perlu dilakukan langlah-langkah upaya-upaya diversifikasi energi. Khususnya, upaya untuk memproduksikan jenis energi terbarukan (renewable) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti bioetanol dan biodiesel. Jenis energi ini diketahui sangat ramah lingkungan dan sekaligus akan dapat menciptakan lapangan kerja di pedesaan dalam jumlah yang besar karena bahan bakunya dapat berasal dari singkong, tebu, jagung, kelapa, biji jarak, kelapa sawit, bunga matahari, dan sebagainya. Kedua jenis bioenergi ini tepat dikembangkan karena disamping mampu menggerakan sektor agribisnis, juga mampu mempekerjakan petani di pedesaan (Atmojo, 2005).
Selain dari bahan bakar minyak yang mulai langka, warga pedesaan memiliki alternatif lain sebagai pengganti bahan bakar rumah tangga mereka adalah kayu bakar yang notabenenya diambil dari hutan yang ada di sekitar mereka, walaupun kayu bakar yang mereka ambil banyak yang berasal dari pohon-pohon yang telah mati tapi tidak jarang mereka juga mengambil dari pohon-pohon yang masih dalam kategori pohon yang mampu berproduksi. Hal ini lama-kelamaan dapat menyebabkan terjadinya degradasi vegetasi jenis tertentu dalam hutan, dan jika mereka mengambil kayu dari pohon-pohon yang telah mati, itu juga menyebabkan hilangnya tempat tinggal bagi beberapa jenis serangga yang memanfaatkan pohon mati sebagai sarangnya dan ini dapat mengganggu populasi beberapa serangga untuk bertahan hidup di alam bebas.
Sumber energi alternatif yang sangat menguntungkan bagi kita adalah sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable energy) yang bukan berasal dari fosil, karena dapat digunakan secara berulang-ulang dan dapat di produksi dalam skala rumah tangga maupun industri, jadi dapat membantu kalangan masyarakat tingkat dasar (ground level), dalam mensejahterakan kehidupan mereka.

Pemanfaatan Bioenergi
Bioenergi adalah bahan bakar alternatif terbarukan yang prosfektif untuk dikembangkan, tidak hanya karena harga minyak bumi dunia yang semakin melonjak naik seperti sekarang ini, tetapi juga karena terbatasnya produksi minyak bumi Indonesia. Terlebih lagi dengan kondisi perenergian Indonesia saat ini, sehingga pengembangan bioenergi semakin mendesak untuk segera dilaksanakan. Ketersediaan energi fosil yang diramalkan tidak akan berlangsung lama lagi memerlukan solusi yang tepat, yakni dengan mencari sumber energi alternatif. Sekarang ini tersedia beberapa jenis energi pengganti minyak bumi yang ditawarkan, antara lain tenaga baterai (fuel cells), panas bumi (geo-thermal), tenaga laut (ocean power), tenaga matahari (solar power), tenaga angin (wind power), batu bara, nuklir, gas, fusi, dan biofuel. Diantara jenis-jenis energi alteranatif tersebut, bioenergi dirasa cocok untuk mengatasi masalah energi karena beberapa kelebihannya (Hambali, 2007).
Kelebihan bioenergi, selain bisa diperbaharui, adalah bersifat ramah lingkungan, dapat terurai, mampu mengeliminasi efek rumah kaca, dan kontinuitas bahan bakunya terjamin. Bioenergi dapat diperoleh dengan cara yang cukup sederhana, yaitu melalui budidaya tanaman penghasil biofuel dan memelihara ternak (Hambali, 2007).
Salah satu energi yang dapat diperbaharui (renewable energy) adalah penggunaan kembali minyak jelantah sebagai bahan biodiesel, yang dapat mendampingi solar, bahkan dapat mengganti solar sebagai bahan bakar mesin diesel yang banyak digunakan dalam proses kehidupan sehari-hari dan industri, maka dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil dan hasil pembakaran dari biodiesel lebih baik dibandingkan hasil pembakaran dari solar, sehingga lebih ramah lingkungan.

Biodiesel
Biodiesel adalah bioenergi atau bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak nabati, baik minyak baru maupun bekas penggorengan dan melalui proses transesterifikasi, esterifikasi, atau proses esterifikasi-transesterifikasi. Biodiesel sebagi bahan bakar alternatif pengganti BBM untuk motor diesel. Biodiesel dapat diaplikasikan baik dalam bentuk 100% (B100) atau campuran dengan minyak solar pada tingkat konsentrasi tertentu (BXX), seperti 10% biodiesel dicampur dengan 90% solar yang dikenal dengan nama B10 (Hambali, 2007).



Minyak Jelantah Sebagai Biodiesel
Minyak jelantah adalah minyak limbah yang bisa berasal dari jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, minyak samin dan sebagainya, minyak ini merupakan minyak bekas pemakaian kebutuhan rumah tangga umumnya, dapat di gunakan kembali untuk keperluaran kuliner akan tetapi bila ditinjau dari komposisi kimianya, minyak jelantah mengandung senyawa-senyawa yang bersifat karsinogenik, yang terjadi selama proses penggorengan. Jadi jelas bahwa pemakaian minyak jelantah yang berkelanjutan dapat merusak kesehatan manusia, menimbulkan penyakit kanker, dan akibat selanjutnya dapat mengurangi kecerdasan generasi berikutnya. Untuk itu perlu penanganan yang tepat agar limbah minyak jelantah ini dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan, kegunaan lain dari minyak jelantah adalah bahan bakar biodiesel (Anonim, 2010).
Minyak jelantah juga dapat digunakan kembali sebagai minyak goreng yang bersih tanpa kotoran, dengan cara minyak jelantah tersebut direndam bersama dengan ampas tebu, maka nantinya warna coklat dan kotoran pada minyak jelantah akan terserap oleh ampas tebu tersebut, sehingga minyak jelantah tersebut akan kembali bersih dan dapat dipakai kembali (Ridhotulloh, 2008).

Analisis Laboratorium Sifat - sifat Biodiesel dari
Minyak Jelantah
Sifat fisik Unit Hasil ASTM Standar (Solar)
Flash point C 170 Min.100
Viskositas (40C) cSt. 4,9 1,9-6,5
Bilangan setana - 57 Min.40
Cloud point C 3,3 -
Sulfur content % m/m << 0.01 0.05 max
Calorific value kJ/kg 38.542 45.343
Density (15°C) Kg/l 0,93 0,84
Gliserin bebas Wt.% 0,00 Maks.0,02
Sumber: www.migasindonesia.com
Bahan bakar yang berbentuk cair ini bersifat menyerupai solar, sehingga sangat prosfektif untuk dikembangakan. Apalagi biodiesel memiliki kelebihan lain dibanding dengan solar, yakni:
 Bahan bakar ramah lingkungan karena menghasilkan emisi yang jauh lebih baik (free sulphur, smoke number rendah) sesuai dengan isu-isu global.
 Cetane number lebih tinggi (>57) sehingga efisiensi pembakaran lebih baik dibandingkan dengan minyak kasar.
 Memiliki sifat pelumasan terhadap piston mesin dan dapat terurai (biodegradable).
 Merupakan renewable energy karena terbuat dari bahan alam yang dapat diperbaharui.
 Meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena dapat diproduksi secara lokal (Hambali, 2007).
Saat membandingkan biodiesel dengan solar, hal yang perlu diperhatikan juga adalah pada tingkat emisi bahan bakar. Biodiesel menghasilkan tingkat emisi hidrokarbon yang lebih kecil, sekitar 30% dibanding dengan solar, Emisi CO juga lebih rendah, -sekitar 18%-, emisi particulate molecul lebih rendah 17%, sedang untuk emisi NOx lebih tinggi sekitar 10%, sehingga secara keseluruhan, tingkat emisi biodiesel lebih rendah dibandingkan dengan solar, sehingga lebih ramah lingkungan (Firdaus, 2010).
Berdasarkan uji laboratorium, campuran efektif biodiesel 5-30% per liter solar selain berkarakter pelumas sehingga aman untuk mesin, sistem pembakaran pun menjadi lebih sempurna. Untuk mengurangi polusi secara signifikan, penggunaan biodiesel bisa dicampur solar dengan rasio 5-10%. Biodiesel dari jelantah tidak mengandung belerang (sulfur) dan benzene yang bersifat karsinogen, serta dapat diuraikan secara alami (Ridhotulloh, 2008).
Minyak jelantah ini sangat mudah di temukan, misalnya di pedagang kaki lima, sisa penggunaan dapur rumah tangga, dan dari restoran, serta harga beli dari minyak jelantah ini cukup murah dalam jumlah yang besar, per liternya dijual sekitar Rp. 1700- Rp. 2000, ada juga beberapa restoran yang memberikan minyak jelantahnya secara gratis, atau dapat juga di beli dari para pemgumpul minyak jelantah yang ada, dan harga jual biodiesel jelantah ke Pertamina Rp 7000/liter (Wawicaksono, 2007).

Skema transesterifikasi biodiesel

+

Adapun secara teknis tahapan dan langkah-langkah produksi (resep) pembuatan biodiesel minyak jelantah adalah sebagai berikut :
Langkah-langkah yang harus dilakukan :
1. Bahan pelarut (metoxida) dibuat dengan mencampurkan 900 ml methanol dan 21 gram NaOH hingga larut selama 15 menit
2. Campurkan metoxida ke dalam ember berisi 3 liter minyak jelantah dan aduk memakai sendok plastik selama 30 menit atau campuran sudah rata.
3. Biarkan 4-12 jam sampai terjadi pengendapan
4. Pengendapan ditandai dengan dua lapisan berbeda warna dengan lapisan gelap berada di bawah yang disebut crude gliserin, sedangkan lapisan atas berwarna bening, crude BD
5. Pisahkan crude biodiesel dari crude gliserin lalu masukkan ke ember untuk dicuci dengan cara mencampurkan air bersih sebanyak dua liter.
6. Pompakan udara melalui pompa udara akuarium dan biarkan beberapa saat sehingga muncul warna putih susu
7. Pisahkan crude biodiesel yang berwarna kuning dengan air warna putih melalui selang
8. Biodiesel yang telah bening dimasukkan ke panci lalu panaskan hingga 100 derajat beberapa menit agar air dan sisa methanol menguap.
9. Biodiesel yang telah dipanaskan dan didinginkan dapat langsung dipergunakan untuk mobil maupun mesin diesel industri.

Biodiesel minyak jelantah ini telah digunakan di bogor oleh angkutan umum trans pakuan, biodiesel minyak jelantah ini hasil dari uji coba yang dilakukan oleh Dr. Erliza Hambali beserta rekannya dalam organisasi Surfactant & Bioenergy Research Center (SRBC), dan masih kurang sosialiasai kepada masyarakat luas tentang ini, jadi perlu peran pihak ketiga sebagai sarana untuk mensosialisaikan biodiesel ini, agar pemakaian BBM fosil dapat diatasi, dan menjaga ketersedian SDA di Indonesia.


BAB III
PEMBAHASAN HASIL STUDI


Dalam kasus ini ancaman Indonesia kehilangan SDA terutama BBM fosil sangat besar, mengingat terus meningkatnya kebutuhan BBM dari tahun ketahun, dan semakin menipisnya cadangan minyak bumi di Indonesia, maka perlu diadakannya pengalihan sumber energi kepada sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable energy), salah satunya dengan menggunakan biodiesel.
Dari penelusuran literatur yang telah dilakukan didapatkan bahwa bioenergi yang baik dijadikan sebagai energi yang dapat diperbaharui (renewable energi) adalah minyak jelantah, mengapa minyak jelantah?. Alasan kami memilih minyak jelantah sebagai sumber bioenergi yang dapat diperbaharui karena minyak jelantah merupakan bahan bakar alternatif yang murah meriah dan ramah lingkungan, minyak jelantah disini akan kami jadikan biodiesel sebagai pengganti solar, karena kita ketahui bahwa solar adalah salah satu produk dari hasil pengolahan bahan bakar fosil, oleh karena itu minyak jelantah dapat dijadikan alternatif penggantinya, minyak jelantah itu sendiri berasal dari minyak goreng yang berasal dari tumbuhan, sehingga dapat diperbaharui dengan cara melakukan reboisasi terhadap tumbuhan tersebut dengan demikian akan terjaga kelestariaanya.
Energi alternatif yang bersal dari minyak jelantah ini, cocok sekali digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak, dan murah harganya, sehingga bisa membantu masyarakat pedesaan yang mengalami kesulitan ekonomi dalam mendapatkan bahan bakar minyak.
Minyak jelantah (biodiesel) ini jika dibandingkan dengan solar memiliki perbedaan antara lain:
1. Biodiesel memiliki bilangan kualitas pembakaran yang lebih tinggi daripada solar yang ada di pasaran.
2. Biodiesel adalah bahan bakar beroksigen. Karenanya, penggunaannya akan mengurangi emisi CO dan jelaga hitam pada gas buang atau lebih ramah lingkungan.
3. Titik kilat tinggi, yakni temperatur tertinggi yang dapat menyebabkan uap biodiesel dapat menyala. Sehingga, biodiesel lebih aman dari bahaya kebakaran.
4. Tidak mengandung belerang dan benzena yang mempunyai sifat karsinogen, serta dapat diuraikan secara alami. Sehingga ramah lingkungan.
5. Dilihat dari segi pelumasan mesin, biodiesel lebih baik daripada solar sehingga pemakaian biodiesel dapat memperpanjang umur pakai mesin.
6. Dapat dengan mudah dicampur dengan solar biasa dalam berbagai komposisi dan tidak memerlukan modifikasi mesin apapun.
Karena mudah dan murahnya biaya proses pembuatan biodiesel ini, maka dapat dilakukan sosialisasi pembuatan biodiesel kepada semua kalangan masyarakat tanpa terkecuali, sehingga dapat menciptakan sumber daya baru, dan dapat pula dilakukan oleh kalangan wirausahawan sebagai salah satu proyek mereka, yang memiliki prospek yang cerah kedepannya untuk menghadapi krisis global, terutama krisis bahan bakar yang sedang melanda dunia dan dapat juga menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat tingkat dasar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi usaha pengolahan biodiesel ini berjalan baik adalah sebagai berikut:
1. Tersedianya minyak jelantah yang begitu melimpah dari sisa hasil rumah tangga, dan tempat makan.
2. Murahnya harga beli minyak jelantah, dari para penadah, sehingga memungkinkan untuk kalangan bawah (ground level) untuk menjalankan usaha ini.
3. Mudah didapatnya bahan-bahan pendukung pengolahan, dan hanya memerlukan peralatan yang sederhana.
4. Harga jual yang menguntungkan, sehingga dapat meningkatkan hasil produksi, dan pendapatan pengelola.
5. Dalam skala besar dapat meningkatkan devisa negara, jika dijual kepasaran internasional.
6. Hasil olahan dan hasil pembakaran dari biodiesel ini ramah lingkungan, sehingga mengurangi dampak pemanasan global (global warming).
Program pengolahan biodiesel minyak jelantah ini diharapkan mendapatkan perhatian lebih serius dari pemerintah, agar usaha ini juga dapat membantu meringankan beban negara untuk mengatasi permasalahn krisis minyak di dunia, sebagai salah satu bioenergi yang dapat diperbaharu diharapkan adanya kerjasama dari perusahaan energi yang ada di Indonesia, misalkan PT. Pertamina yang notabenenya adalah sebagai perusahaan energi terbesar di Indonesia. Diharapkan dengan adanya kerjasama dari pihak yang terkait dapat menciptakan suatu peluang bisnis yang saling menguntungkan, baik untuk negara maupun kesejahteraan rakyat Indonesia, dan menghasilkan produk BBM yang ramah lingkungan, dan murah harganya.
Peluang bisnis biodiesel ini juga sangat prosfektif digalakan di Indonesia terutama pada masyarakat kalangan bawah (ground level), jadi dapat mengurangi angka pengangguran, dan jika mereka dapat mengelola dengan baik maka kemungkinan mereka untuk mendapatakan pengahsilan dari hasil produksi biodiesel ini dapat mensejahterakan hidup mereka, dan bagi Indonesia sendiri adalah menurunnya angka kemiskinan.


BAB IV
PENUTUP


4.1 Kesimpulan
Dari hasil penelusuran beberapa literatur dan pembahasan yang kami lakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa:
 Bioenergi yang baik sebagai pengganti bahan bakar minyak (BBM) fosil, adalah minyak jelantah yang dapat dijadikan biodiesel sebagai pengganti solar dalam kehidupan sehari-hari maupun industri dan biodiesel minyak jelantah ini juga ramah lingkungan karena hasil emisi yang dikeluarkan jauh lebih rendah daripada solar.
 Dengan pengembangan usaha pembuatan biodiesel minyak jelantah ini akan memunculkan wirausahawan yang berkompeten di dalam pelestarian lingkungan hidup dan membuka lapangan pekerjaan, sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Indonesia dan juga dapat mengurangi limbah cair dari minyak jelantah karena didaur ulang menjadi bahan yang berguna bagi kelangsungan hidup.
 Usaha pengolahan biodiesel ini mudah dan murah sehingga semua kalangan masyarakat dapat menekuninya, mulai dari kalangan bawah (ground level) hingga menengah keatas.

4.2 Saran
Dalam sosisalisasi pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel, ada baiknya ada pilot biodiesel yang dapat memantau perkembangan usaha yang dilakuakan di daerah yang telah disosialisasi tentang sumber daya ini.

DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2010. Minyak Jelantah. www. id.wikipedia.org. Diakses tanggal 5 Oktober 2010: Samarinda.

Atmojo, S. W. 2005. Bioenergi, BBM Alternatif Ramah Lingkungan. Artikel Solo Pos

Firdaus, I.U. 2010. Usulan Teknis Pembuatan Biodiesel Dari Minyak Jelantah. PT. Nawapanca Engineering: Bandung.

Hambali, E, dkk. 2005. Teknologi Bioenergi. Agro Media: Jakarta.

Kelompok Ilmiah Pelajar. 2009. Cara Membuat Biodiesel Dari Minyak Jelantah. Bandung.

Ridhotulloh, D. M. 2008. Jangan Buang Minyak Jelantah. www.inilah.com. Diakses tanggal 5 Oktober 2010: Samarinda.

Wawicaksono. 2007. Bahan Bakar Minyak Jelantah, Kabar Gembira Buat Lingkungan Hidup. www.beritahabitat.net. Diakses tanggal 5 Oktober 2010: Samarinda.

Selasa, 29 Desember 2009

Taksonomi Tumbuhan Rendah

Taksonomi Tumbuhan Rendah

Tatanama Tumbuhan
1. Unsur utama yang menjadi ruang lingkup Taksonomi Tumbuhan adalah pengenalan (identifikasi), pemberian nama dan penggolongan atau klasifikasi.
2. Peraturan tentang pemberian nama ilmiah perlu diciptakan agar ada kesamaan pemahaman di antara ahli-ahli Botani di seluruh dunia tentang apa yang dimaksud.
3. Nama ilmiah adalah nama-nama dalam bahasa Latin atau bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin tanpa memperhatikan dari bahasa mana asalnya.
4. Setiap individu tumbuhan termasuk dalam sejumlah taksa yang jenjang tingkatnya berurutan.
5. Tingkat jenis (species) merupakan dasar dari seluruh takson yang ada.
6. Nama-nama takson di atas tingkat suku (familia) diambil dari ciri khas yang berlaku untuk semua warga dengan akhiran yang berbeda menurut tingkatnya.
7. Nama suku (familia) merupakan satu kata sifat yang diperlakukan sebagai kata benda berbentuk jamak. Nama tersebut diambil dari nama salah satu marga yang termasuk dalam suku tadi ditambah dengan akhiran -aceae.
8. Nama marga merupakan kata benda berbentuk mufrad atau suatu kata yang diperlakukan demikian. Kata ini dapat diambil dari sumber mana pun, dan dapat disusun dalam cara sembarang.
9. Nama ilmiah untuk jenis harus bersifat ganda, artinya terdiri atas dua suku kata yang berbentuk mufrad yang diperlakukan sebagai bahasa Latin.
10. Nama takson tingkat suku ke bawah diikuti nama orang yang memberikan nama ilmiah dalam bentuk singkatan.

Klasifikasi
1. Klasifikasi tumbuhan adalah pembentukan kelompok-kelompok dari seluruh tumbuhan yang ada di bumi ini hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki.
2. Sifat-sifat yang dijadikan dasar dalam mengadakan klasifikasi berbeda-beda tergantung orang yang mengadakan klasifikasi dan tujuan yang ingin dicapai dengan pengklasifikasian itu.
3. Takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) yang lebih rendah mempunyai kesamaan sifat lebih banyak daripada takson yang terdapat pada tingkat takson (kategori) di atasnya.
4. Perbedaan antara istilah takson dengan kategori yaitu istilah takson yang ditekankan adalah pengertian unit atau kelompok yang mana pun, sedangkan istilah kategori yang ditekankan adalah tingkat atau kedudukan golongan dalam suatu hierarki tertentu.
5. Dalam taksonomi tumbuhan istilah yang digunakan untuk menyebutkan suatu nama takson sekaligus menunjukkan pula tingkat takson (kategori).
6. Ada tiga sistem klasifikasi dalam taksonomi tumbuhan yaitu sistem klasifikasi buatan, sistem klasifikasi alam, dan sistem klasifikasi filogenetik.
7. Berdasarkan sejarah perkembangannya ketiga sistem klasifikasi tersebut dibagi menjadi empat periode yaitu periode sistem habitus, periode sistem numerik, periode sistem alam, dan periode sistem filogenetik.
8. Sistem klasifikasi yang tinjauannya didasarkan modifikasi dari sistem yang telah ada dengan penambahan data yang baru, disebut sistem kontemporer.
9. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi akan berpengaruh pula terhadap perkembangan ilmu taksonomi tumbuhan.
10. Perubahan klasifikasi organisme hidup yang semula dua dunia kemudian menjadi empat dunia, atau dari empat dunia menjadi lima dunia, telah mengakibatkan sekelompok atau sebagian kelompok organisme yang semula termasuk dalam dunia tumbuhan dipindahkan ke dalam dunia (regnum) baru atau regnum yang lain.

Identifikasi
1. Identifikasi tumbuhan adalah menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam sistem klasifikasi.
2. Tumbuhan yang akan diidentifikasikan mungkin belum dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan (belum ada nama ilmiahnya), atau mungkin sudah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan.
3. Penentuan nama baru dan penentuan tingkat-tingkat takson harus mengikuti aturan yang ada dalam KITT.
4. Prosedur identifikasi tumbuhan yang untuk pertama kali akan diperkenalkan ke dunia ilmiah memerlukan bekal ilmu pengetahuan yang mendalam tentang isi KITT.
5. Untuk identifikasi tumbuhan yang telah dikenal oleh dunia ilmu pengetahuan, memerlukan sarana antara lain bantuan orang, spesimen herbarium, buku-buku flora dan monografi, kunci identifikasi dan lembar identifikasi jenis.
6. Flora adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang ditemukan dalam suatu wilayah tertentu.
7. Monografi adalah suatu bentuk karya taksonomi tumbuhan yang memuat jenis-jenis tumbuhan yang tergolong dalam kategori tertentu. baik yang terbatas pada suatu wilayah tertentu saja maupun yang terdapat di seluruh dunia.
8. Kunci identifikasi merupakan serentetan pertanyaan-pertanyaan yang jawabnya harus ditemukan pada spesimen yang akan diidentifikasi.
9. Bila semua pertanyaan berturut-turut dalam kunci identifikasi ditemukan jawabnya, berarti nama serta tempatnya dalam sistem klasifikasi tumbuhan yang akan diidentifikasi dapat diketahui.
10. Lembar Identifikasi Jenis adalah sebuah gambar suatu jenis tumbuhan yang disertai dengan nama klasifikasi jenis yang bersangkutan.

ALGAE
Taksonomi Algae
1. Linnaeus membagi Cryptogamae menjadi 4 bangsa yaitu: Filices, Musci, Algae dan Fungi.
De Jussieu membagi tumbuhan menjadi 3 golongan, Acotyledoneae, Monocotyledoneae, Dicotyledoneae.
2. Tahun 1880 diperkenalkan suatu sistem yang membagi Cryptogamae menjadi Thallophyta, Bryophyta, Pteridophyta.
3. Thallophyta yang terdiri dari dua anak kelas Algae dan Fungi dibedakan dari Bryophyta dan Pteridophyta berdasarkan pada struktur alat penghasil spora dan gamet serta perkembangan zigotnya.
4. Dipermasalahkan mengenai keabsahan (validitas) dari Thallophyta.
Algae dan Fungi mempunyai kesamaan ciri-ciri yang digunakan untuk memisahkan keduanya dari tumbuhan lain, atas dasar kesamaan ini dipertanyakan apakah fungi berasal dari algae? dalam kenyataan, tidak satu fungi pun berasal dari algae. Dengan demikian divisi Thallophyta tidak dapat dipertahankan, sehingga bukan merupakan divisi yang valid. Sebaiknya Algae dan Fungi ditempatkan dalam satu atau lebih divisi.
5. Ciri-ciri yang akan digunakan sebagai dasar untuk memberi definisi algae:
1. menurut Fritsch (1935): Algae harus holofitik yang gagal mencapai ciri deferensiasi Archegoniatae.
2. Smith (1955 ) mendasarkan pada struktur organ seksualnya.
6. Sampai permulaan abad 20 telah dikenal 4 kelas Algae, yaitu Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae dan Myxophyceae (Cyanophyceae). Ahli Protozoologi menempatkan semua organisme bersel tunggal yang berkhlorofil, berflagella seta motil dalam kelas Mastigophora dari filum Protozoa. Para pakar botani mengeluarkan anggota-anggota tertentu dari deret (seri) Volvocin. Rabenhorst menempatkan seri Chlamydomonas-Volvox dalam ganggang hijau rumput dan diberi nama Chlorophyllaceae.
Xanthophyceae (Heterokontae) dipisahkan dari Chlorophyceae pada permulaan abad 20 dan Fagellatae tertentu yang berpigmen dimasukkan dalam kelas Xanthophyceae.
Berbagai macam kelompok yang semula oleh pakar Protozoologi dimasukkan dalam Mastigophora secara filogegenetik berhubungan dengan organisme yang bersifat algae sejati.
7. Sistem klasifikasi algae ada bermacam-macam. Seiring dengan majunya ilmu pengetahuan terutama dalam penelitian fisiologi, biokimia, dan penggunaan mikros- kop elektron, maka klasifikasi algae ke dalam divisinya, kini didasarkan pada:
1. pigmentasi,
2. hasil fotosintesis,
3. flagelasi,
4. sifat fisik dan kimia dinding sel,
5. ada atau tidak adanya inti sejati.

Atas dasar hal tersebut, Smith membagi algae menjadi; Divisi: Chlorophyta, Euglenophyta, Pyrrophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan Cyanophyta. Pyrrophyta, Chrysophyta,dan Euglenophyta termasuk Protista (Protista algae); Cyanophyta termasuk Monera.
8. Algae mempunyai bermacam-macam bentuk tubuh:
1. Bentuk uniseluler: bentuk uniseluler yang berflagela dan yang tidak berflagela.
2. Bentuk multiseluler:
1. a. koloni yang motil, b. koloni yang kokoid
2. Agregasi: bentuk palmeloid, dendroid, dan rizopoidal.
3. Bentuk filamentik: filamen sederhana, filamen bercabang, filamen heterotrikh, filamen pseudoparenkhimatik yang uniaksial dan multiaksial.
4. Bentuk sifon/pipa.
5. Pseudoparenkhimatik
9. Reproduksi
1. Vegetatif: fragmentasi, pembelahan sel, pembentukan hormogonia.
2. Aseksual: pembentukan mitospora, zoospora, aplanospora, hipnospora, stadium pamela.
3. Seksual: isogami, heterogami yang terdiri dari anisogami dan oogami, aplanogami, autogami.
10. Pergantian keturunan
1. Pergantian keturunan haplobiontik terdiri dari: pergantian keturunan yang haplontik dan diplontik.
2. Pergantian keturunan yang isomorfik dan heteromorfik.

Divisi: Chlorophyta, Phaeophyta, Rhodophyta, Cyanophyta
I. Divisi Chlorophyta
Ciri-ciri
1. Pigmen, khlorofil a dan b, santofil, dan karoten, khlorofil terdapat dalam jumlah yang banyak sehingga ganggang ini berwarna hijau rumput.
2. Hasil fotosintesis berupa amilum dan tersimpan dalam khloroplas.
3. Khloroplas berjumlah satu atau lebih; berbentuk mangkuk, bintang, lensa, bulat, pita, spiral dsb.
4. Sel berinti sejati, satu atau lebih.
5. Sel kembara mempunyai 2 atau 4 flagela sama panjang, bertipe whiplash.
6. Dinding sel mengandung selulose.
7. Bentuk talus/struktur vegetatif
1. uniseluler motil/berflagela: Chlamydomonas sp.
2. uniseluler nonmotil/kokoid: Chlorella sp.
3. koloni motil (sel-sel dalam koloni mempunyai flagela) Volvox sp
4. koloni nonmotil (kokoid ): Pediastrum sp., Hydrodictyon sp.
5. palmeloid: Tetraspora sp.
6. dendroid: Prasinocladus sp.
7. berbentuk filamen: bercabang: Cladophora sp.
8. tidak bercabang: Oedogonium sp., Spirogyra sp.
9. heterotrikh: Coleochaeta sp., Stigeoclonium sp.
10. berbentuk helaian/lembaran yang distromatik: Ulva sp.
11. lembaran yang monostromatik: Monostroma sp.
12. berbentuk silinder yang beruang di tengah: Enteromorpha
13. berbentuk sifon/spnositik: Caulerpa sp., Codium sp.
Perkembangbiakan
1. secara vegetatif: dengan fragmentasi talusnya
2. secara aseksual: dengan pembentukan zoospora, aplanospora, hipnospora, autospora.
3. secara seksual: isogami, Anisogami, oogami, aplanogami.
Chlorophyta dibagi menjadi 2 kelas, yaitu Chloropyceae dan Charophyceae
Menurut Smith (1955) Chlorophyceae dibagi menjadi 12 bangsa, yaitu: Volovocales, Tetrasporales, Ulothrichales, Ulvales, Schizogoniales (Prasiolales) Cladophorales, Oedogoniales, Zygnematales, Chlorococcales, Siphonales, Dasycladales dan Siphonocladales. Oleh beberapa penulis, Tetrasporales dan Volovocales sering disatukan menjadi satu bangsa, yaitu Volvocales dan Tetrasporales dianggap sebagai anak bangsa dan Volvocales. Dalam hal ini, mereka berpendapat bahwa kedua bangsa tersebut hanya mempunyai perbedaan kecil saja.
Tempat hidup
Sebagian besar ± 90% merupakan algae air tawar terdapat pula di tanah atau di dinding tembok yang lembab, di atas batang pohon dan dapat pula sebagai epifil (pada permukaan daun).
Charophycaea
1. Tubuh merupakan talus yang tegak, beruas dan berbuku-buku dan bercabang. Cabang yang pertumbuhannya tak terbatas keluar dari buku-buku tersebut dan dari setiap buku keluar cabang yang pertumbuhannya terbatas, yaitu cabang lateral (filoid) yang letaknya melingkari buku tersebut. Tubuh ini sering diliputi oleh CaCO3.
2. Reproduksi.
1. secara seksual: dilakukan dengan oogami. Alat kelamin betina dikelilingi benang-benang steril yang letaknya melingkar hingga membentuk spiral. Alat kelamin jantan, terdiri dari satu sel, masing-masing anteridium disatukan dalam filamen yang uniseriate dan dibungkus oleh selubung yang terdiri dari 8 sel.
2. secara vegetatif: dengan membentuk bintang-bintang amilum dan bulbus.
Dengan melihat struktur alat kelamin dan adanya stadium protenema dalam perkembangan zigot, struktur vegetatif dari tubuhnya, maka beberapa ahli mengatakan bahwa kedudukan Chara berada antara Thallophyta dan Bryophyta. Jenis-jenis yang masih hidup adalah Chara spp dan Nitella spp kesemuanya hidup di air tawar.
II. Divisi Phaeophyta
Hanya terdiri dari satu kelas : Phaeophyceae
Ciri-ciri
1. Tubuh selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup di lautan daerah beriklim dingin.
2. Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita; mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung selulose dan asam alginat.
Reproduksi
Sel reproduksi yang motil baik zoospora ataupun zoogamet berflagela 2 buah, tidak sama panjang dan terletak dibagian lateral dari sel, bertipe whiplash dan tinsel. Reproduksi aseksual dilakukan dengan pembentukan zoospora atau aplanospora. Reproduksi seksual dilakukan secara isogami, anisogami atau oogami.
Daur hidup
Jenis-jenis dari bangsa-bangsa dalam Phaeophyceae mempunyai daur hidup dengan pergantian keturunan, kecuali jenis-jenis dari bangsa Fucales. Ada tiga tipe pergantian keturunan, yaitu: isomorfik (Dictyola sp.), heteromorfik (Laminaria sp). Dan diplontik (Sargassum sp.)
Tempat hidup
Sebagian besar hidup di laut hanya ada beberapa jenis saja yang hidup di air tawar.
III. Divisi Rhodophyta
Hanya mempunyai satu kelas, yaitu Rhodophyceae.
Ciri-ciri
1. Sel mempunyai dinding yang terdiri dari selulose dan agar atau karagen.
Rhodophyceae tidak pernah menghasilkan sel-sel berflagela.
2. Pigmen
Khlorofil: terdiri dari khlorofil a dan d.
Fikobilin: fikoeritrin dan fikosianin yang sering disebut pigmen aksesoris.
- karoten
Pigmen-pigmen tersebut terdapat dalam kloroplas
3. Cadangan makanan berupa tepung flaridea dan terdapat diluar khloroplas.
4. Talus
Hampir semuanya multiseluler, hanya 2 marga saja yang uniseluler. Talus yang multiseluler berbentuk filamen silinder ataupun helaian. Pada dasarnya talus yang multiseluler, terutama yang tinggi tingkatannya terdiri dari filamen-filamen yang bercabang-cabang dan letaknya sedemikian rupa hingga membentuk talus yang pseudoparenkhimatik. Talus umumnya melekat pada substrat dengan perantaraan alat pelekat. Pada Rhodophyta yang tinggi tingkatannya ada 2 tipe talus: monoaksial dan multiaksial.
Reproduksi
Reproduksi secara vegetatif dilakukan dengan fragmentasi. Rhodopyceae membentuk bermacam-macam spora, karpospora (spora seksual), sporta, netral, monospora. Tetraspora, bispora, dan polispora.
Pergantian keturunan
Pada yang tinggi tingkatannya terdiri dari 2 tipe, yaitu bifasik dan trifasik.
1. Bifasik: inti zigot langsung mengadakan meiosis; hingga menghasilkan karposporafit haploid yang tumbuh pada gametofitnya atau inti zigot membelah mitosis hingga membentuk karposporangium yang intinya diploid inti karposporangium mengadakan meiosis dan membentuk karpospora yang haploid. Karposporofit berada pada gametofit.
2. Trifasik: inti zigot hanya membelah mitosis, membentuk karposporangium dengan karpospora yang diploid. Karposporofit terdapat pada gametofit, karpospora yang diploid tumbuh menjadi tetrasporofit yang diploid dan hidup bebas, tetrasporangium yang terbentuk intinya membelah meiosis dan menghasilkan 4 spora yang haploid (tertraspora). Tetraspora tumbuh menjadi gametofit. Gametofit dan tetrasporofit umumnya isomorfik.

Senin, 23 November 2009

Es Menghilang Dari Kutub Selatan Lebih Cepat

LAPISAN es di Bagian Timur Kutub Selatan, yang pernah dipandang sebagian besar tak terpengaruh oleh pemanasan global, telah kehilangan miliaran ton esnya sejak 2006 dan dapat mendorong kenaikan permukaan air laut pada masa depan, demikian hasil satu studi baru.

Studi tersebut, yang diterbitkan Nature Geoscience, Minggu, memperlihatkan lapisan es yang lebih kecil tapi kurang stabil di Antartika Barat juga kehilangan sangat banyak massanya.

Para ilmuwan khawatir bahwa naiknya temperatur global dapat menyulut perpecahan cepat Antartika Barat, yang menyimpan air beku untuk mendorong permukaan samudra global setinggi lima meter.

Pada 2007, Panel Antar-Pemerintah PBB bagi perubahan Iklim (IPCC) meramalkan permukaan air laut akan naik 18 sampai 59 centimeter paling lambat pada 2100, tapi perkiraan itu tidak memasukkan dampak lapisan es yang mulai retak di Greenland dan Antartika.

Hari ini, banyak ilmuwan yang sama mengatakan sekalipun buangan CO2, yang memerangkap panas, dibatasi, permukaan air samudra lebih mungkin untuk naik sekitar hampir satu meter, cukup untuk membuat beberapa negara pulau kecil tak dapat dihuni dan merusak delta subur yang menjadi habitat ratusan jutaan makhluk.

Lebih dari 190 negara berkumpul di Copenhagen, Desember, guna merancang kesepakatan perubahan iklim guna mengekang gas rumah kaca dan membantu negara miskin menanggulangi konsekuensinya.

Pengajar University of Texas Jianli Chen dan rekannya selama hampir tujuh tahun menganalisi interaksi lapisan es samudra di Antartika.

Data itu, yang mencakup masa hingga Januari 2009, dikumpulkan oleh dua satelit GRACE, yang mendeteksi arus massa di samudra dan wilayah kutub dengan mengukur perubahan di medan magnet Bumi.

Sejalan dengan temuan terdahulu yang dilandasi atas beragam metode, mereka mendapati bahwa Antartika Barat, rata-rata, menimbun sebanyak 132 miliar ton es ke dalam laut setiap tahun, memberi atau mengambil 26 miliar ton.

Mereka juga mendapati untuk pertama kali bahwa Antartika Timur, di wilayah Bagian Timur Belahan Bumi di benua tersebut, juga kehilangan massa, kebanyak di wilayah pantai, dengan luas wilayah sekitar 57 miliar ton per tahun.

Margin atau kesalahan tersebut, mereka memperingatkan, hampir sama besar dengan perkiraan, yang berarti hilangnya es dapat sedikit lebih kecil dari beberapa miliar ton atau lebih dari 100 miliar ton.

Setakat ini, para ilmuwan telah memperkirakan bahwa Antartika Timur "seimbang", yang berarti itu menimbun sama banyaknya massa dan melepaskannya juga, barangkali malah lebih banyak.

"Dengan demikian, bertambah-cepatnya menghilangnya es dalam beberapa tahun belakangan di seluruh benua tersebut dapat diketahui," demikian kesimpulan para penulis tersebut sebagaimana dilaporkan kantor berita Prancis, AFP. "Antartika mungkin segera memberi sumbangan jauh lebih besar pada kenaikan permukaan air laut global."

Satu studi lain yang disiarkan pekan lalu di jurnal Nature melaporkan gambaran yang sudah berubah bagi temperatur Antartika selama masa hangat, "antar-gletser" seperti yang telah terjadi rata-rata setiap 100.000 tahun.

Selama masa itu, yang mencapai puncaknya 128.000 tahun lalu, menyebut Priode Eemia, temperatur di wilayah itu barangkali enam derajat Celsius lebih tinggi hari ini, yaitu sebanyak 3 derajat Celsius di atas perkiraan sebelumnya, kata studi tersebut.

Temuan itu menunjukkan wilayah tersebut mungkin lebih sensitif dibandingkan dengan yang diperkirakan para ilmuwan mengenai konsentrasi gas rumah kaca dalam suasana yang rata-rata sama dengan tingkat saat ini. Selama Priode Eemia, permukaan air laut lebih tinggi lima-sampai-tujuh meter dibandingkan dengan hari ini.(ANT)

Tidur Nyenyak = Tumbuh Kembang Optimal

TIDUR nyaman dengan waktu tidur yang cukup merupakan kebutuhan pokok manusia, mulai dari bayi sampai manula. Banyak manfaat positif dipetik dari bayi tidur, salah satunya adalah untuk tumbuh kembang otak bayi.

Setiap orang mempunyai waktu yang berbeda untuk tidur, tergantung pada usia dan kebiasaan. Seorang bayi membutuhkan lebih dari setengah hari untuk tidur. Dengan bertambahnya usia, waktu tidur pun semakin berkurang.

Ketika kita tidur, hampir semua organ tubuh dihentikan atau diperlambat, kecuali otak yang tetap aktif. Pada tahap tidur REM (Rapid Eye Movement), otak maksimal dalam mengolah data dan ingatan, yang kadang muncul sebagai mimpi. Menurut dr.Soedjatmiko, Sp.A (K), ciri tidur REM adalah adanya gerak otot mata, tangan, atau kaki.

"Pada tahap REM ini pertumbuhan sel otak berlangsung dengan cepat. Selain mimpi, terkadang anak mengigau. Ini hal yang normal," jelas dr. Soedjatmiko di acara "Sleep Symposium" yang diadakan oleh Pampers, beberapa waktu lalu.

Sementara itu, tidur non-REM atau tahap tidur tenang sangat penting untuk pertumbuhan fisik anak. "Di tahap ini terjadi perbaikan sel-sel tubuh dan terjadi pertumbuhan," katanya.

Hal ini terjadi karena saat tidur tubuh akan mengeluarkan hormon pertumbuhan yang akan merangsang hati untuk menghasilkan bahan pertumbuhan tulang dan otot.

Di usia dewasa, hormon pertumbuhan ini beralih fungsi. Ia akan berfungsi untuk pemeliharaan dan perbaikan jaringan tubuh, selain untuk mempercepat proses pertumbuhan. Manfaat lain dari tidur adalah ikut andil dalam meningkatkan daya tahan tubuh anak terhadap infeksi. Ini berarti, anak yang kurang tidur lebih rentan terkena penyakit.

Tahap tidur REM dan non-REM ini berlangsung bergantian sepanjang waktu tidur anak. Oleh sebab itu, tidur yang nyenyak sangat penting untuk anak agar fase tidur REM dan non-REM nya tidak terganggu. "Bila fase tidur itu terganggu, saat bangun anak jadi uring-uringan atau rewel," kata Soedjatmiko.

Lantas, berapa waktu tidur yang dibutuhkan oleh anak? "Ini sangat individual. Patokannya adalah saat bangun anak happy," ujar dokter yang menjadi ketua Divisi Tumbuh Kembang Anak dari Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM ini.(kompas.com)

Kamis, 19 November 2009

Masturbasi dan Mitosnya

Aktivitas Seks yang Wajar
Mitos tentang masturbasi memang masih banyak beredar luas di masyarakat, sama seperti mitos tentang seks yang lainnya. Beberapa mitos dapat menimbulkan akibat buruk bagi sebagian orang karena memengaruhi perilakunya.

Masturbasi merupakan aktivitas seksual yang umum dilakukan, bahkan sudah dilakukan pada masa anak-anak. Dalam perkembangan psikoseksual anak, salah satu fasenya adalah fase genital.

Pada fase ini seorang anak mulai menyadari bahwa kelaminnya merupakan bagian yang menyenangkan. Karena itu, anak, baik laki-laki maupun perempuan, senang memegang kelaminnya. Bahkan, sebagian anak dapat mencapai orgasme pada saat itu.

Perhatian terhadap kelamin semakin besar ketika manusia memasuki masa remaja. Karena itu, pada masa ini masturbasi kemudian merupakan aktivitas seksual yang umum dilakukan.

Sebagian orang yang telah menikah pun masih melakukan masturbasi karena alasan dan untuk tujuan tertentu. Lebih jauh, masturbasi bagi sebagian orang justru diperlukan sebagal bagian dari cara mengatasi gangguan fungsi seksual.

Sebagai contoh, perempuan yang mengalami hambatan orgasme oleh penyebab tertentu, memerlukan latihan masturbasi sebagai bagian cara mengatasinya. Namun, bagi lelaki, masturbasi yang dilakukan tergesa-gesa agar cepat mencapai orgasme dan ejakulasi, dikhawatirkan dapat menjadi kebiasaan, sehingga mengakibatkan ejakulasi dini. Kekhawatiran ini tampaknya cukup beralasan.

Informasi Abad ke-18
Tidak ada akibat buruk apa pun karena melakukan masturbasi. Pada abad ke- 18 memang pernah beredar buku yang menyatakan bahwa masturbasi dapat menimbulkan berbagai akibat buruk secara fisik, tetapi kemudian terbukti anggapan itu tidak benar karena hanya berdasarkan mitos belaka.

Sayangnya, sampai sekarang masih ada orang yang memberikan informasi berdasarkan mitos. Bahkan, tidak sedikit orang yang dianggap mengerti, acapkali terpengaruh oleh mitos tentang seks.

sumber: www.perempuan.com

Tips Mudah Kenali Bahan Makanan Berbahaya

Mudahnya orang mendapatkan bahan makanan ternyata tidak diikuti dengan mudahnya memilih bahan makanan yang sehat bagi
keluarga. Dalam KOMPAS.COM dijelaskan tentang Tips Mudah Kenali Bahan Makanan Berbahaya. Menurut Caroline SSi MSi Apt. metode pengenalan paling mudah terhadap makanan berbahaya dapat dipandang dari berbagai segi, antara lain : warna, kandungan boraks, kandungan formalin, daging gelonggong, ayam basi, ikan basi.
Beberapa hal yang patut diperhatikan tentang bahan makanan :

1. Makanan yang warnanya mencolok dan menarik perlu diwaspadai. Salah satunya "saos". Saos yang warnanya membekas di tangan memungkinkan warna yang digunakan adalah pewarna tekstil yang bisa menyebakan kanker.
2. Boraks, .............. bakso yang kenyal atau bisa dipantulkan seperti bola karet di tanah, berarti banyak mengandung boraks. Bisa juga dikenali dari bekas gigitan, yaitu bekas gigitan kembali ke tempat semula.
3. Tahu putih yang terlalu keras patut dicurigai mengandung formalin.
4. Daging gelonggong, .......... dapat dikenali ketika digantung menetes air dari daging tersebut. Warna daging yang asli merah segar dan serat-serat dalam daging tidak menggelembung. Harga yang tidak wajar (dibawah harga standar) juga patut dicurigai.
5. Mengenali daging ayam dari ayam yang mati. Daging ayam yang masih segar berwarna agak kekuning-kuningan, kalau warnanya putih bersih justru dimungkinkan dari ayam mati. apalagi ada warna biru seperti bekas memar serta bau sangat amis.
6. Daging ayam yang direndam formalin, ................ dengan menekan atau mendorong daging dengan jari telunjuk. kalau keluar lendir atau air berarti pernah direndam dengan air.
7. Ikan basi, ...............................kalau ditekan justru lembek, insang berwarna merah tua. Kalo beli ikan usahakan mencari ikan yang masih ada tanda-tanda hidup.
8. Jangan membeli makanan kalengan yang kalengnya penyok.kaleng yang penyok akan mengubah konsentrasi di dalam kemasan. Kaleng penyok dapat mengandung racun akibat adanya kandungan botulimun (bahan dasar kosmetik).
9. Snack/ makanan ringan, .........................lihat komposisi warnanya dan nomor registrasinya. kalau kadaluarsa justru berbahaya.
10. Kemasan plastik, .................................. apabila kemasan dari plastik, styrofoam, dan melamin diisi dengan bakso panas, soto panas, teh panas dan makanan/ minuman serba panas akan menyebabkan kanker.
11. Cara menghilangkan kandungan formalin dalam bahan makanan. bahan makanan direndam dalam air panas atau dipanaskan dengan air 121 derajat selama tiga menit. Kalau ikan dapat direndam dengan air cuka 5 persen selama 15 menit atau direndam dengan garam selama 30 menit untuk ikan asin.

Diterbitkan di: April 21, 2009
Link yang relevan :

* http://Kompas.com